Wednesday, May 9, 2018

Home

Welcome to my blog.
Blog ini untuk memberikan sedikit informasi mengenai materi Ilmu Komunikasi. Semoga dapat bermanfaat untuk kalian yang sudah mampir keblog ini.
Terima kasih untuk kunjungannya.

Monday, April 30, 2018

KOMUNIKASI PEMASARAN “Komunikasi dalam Kelompok: Kelompok, Komunikasi dari Mulut ke Mulut dan Proses Difusi”

KOMUNIKASI PEMASARAN
“Komunikasi dalam Kelompok: Kelompok,
Komunikasi dari Mulut ke Mulut dan Proses Difusi

 

Dosen : Serepina Tiur Maida, S. Sos., M. Pd

Disusun Oleh:
Rohman                                   173124350070007
Sandra Veronica                      183124350050001



FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
2018



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan nikmat kesehatan baik jasmani maupun rohani, sehingga kita tetap bisa menjalani aktifitas dan rutinitas sehari-hari. Tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat ditengah padatnya jadwal rutinitas pekerjaan dan perkuliahan yang kami jalani. Juga untuk Ibu Dosen kami yang selalu memberikan masukan serta arahan agar kami menjadi mahasiswa yang bisa terus berkembang dan menjadi lebih baik.
Kami merasa bersyukur pada akhirnya tugas penulisan makalah Mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Pemasaran dengan judul “Komunikasi dalam Kelompok: Kelompok, Komunikasi dari Mulut ke Mulut dan Proses Difusi” telah selesai kami kerjakan. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang bagaimana cara melakukan komunikasi pemasaran dalam sebuah kelompok dengan menggunakan metode komunikasi dari mulut ke mulut serta proses difusi, adapun buku yang kami jadikan acuan dalam penulisan adalah “Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran”, karya Sutisna, SE, ME.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu  hingga selesainya makalah ini. Kami memahami jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih butuh banyak ilmu dan perbaikan disana-sini agar terlihat lebih baik, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar karya-karya penulisan kami lebih baik dan makin baik lagi dikesempatan berikutnya.

Jakarta, April 2018

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Komunikasi adalah salah satu bagian terpenting dalam dunia pemasaran. Dalam memasarkan sebuah produk, baik itu barang ataupun jasa, dibutuhkan strategi agar konsumen tertarik dengan barang maupun jasa yang ditawarkan. Menurut Sutisna, SE. ME., dalam bukunya yang berjudul Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (2001), mengulas lengkap bagaimana cara kerja seorang tenaga pemasar memasarkan produknya. Beberapa diantaranya adalah Komunikasi dalam Kelompok dan Komunikasi dari Mulut ke Mulut.
Dalam dunia pemasaran, kelompok-kelompok adalah bagian penting yang bisa dijadikan rujukan oleh tenaga pemasar dalam menyusun strategi bagaimana memasarkan produk agar tepat sasaran. Karena dengan melakukan pendekatan terhadap kelompok yang tentu saja berisikan banyak orang, maka semakin lebar pula peluang mendapatkan lebih banyak permintaan terhadap produk barang ataupun jasa yang kita tawarkan.
Komunikasi sangat menentukan bagaimana proses tersebut berjalan. Semakin baik kita melakukan pendekatan terhadap anggota kelompok tersebut, maka tidak menutup kemungkinan mereka secara tidak langsung akan membantu kita dalam memasarkan produk dengan menginformasikan produk kita kepada teman, keluarga maupun kolega. Atau yang jamak kita sebut dengan komunikasi dari mulut ke mulut.
Oleh karena itu, sebagai tenaga pemasar yang baik, kita harus jeli melihat peluang yang ada dan terus menjaga komunikasi yang baik dengan para konsumen agar mereka selalu merasa dibutuhkan dan diutamakan. Tidak lupa pula untuk terus mengembangkan ide dan selalu berinovasi.
Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Pemasaran dengan Dosen pengampu Ibu Serepina Tiur Maida, S.Sos, M.Pd. Dalam prosesnya makalah ini dibuat untuk mempermudah mahasiswa maupun kalangan umum memahami proses dan teknik pemasaran dengan acuan buku karya Sutisna SE. ME, dengan judul Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran.



BAB II
Komunikasi dalam Kelompok:
Kelompok, Komunikasi dari Mulut ke Mulut
dan Proses Difusi


Proses Kelompok
Setiap orang bisa dipastikan mempunyai kelompok, yang didalamnya ada kesamaan nilai dan keyakinan yang dianut bersama. Berbagai kelompok baik formasi ataupun tidak formal, banyak bermunculan. Perhimpunan masyarakat etnis tertentu, persatuan Guru Republik Indonesia, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia, Indonesia Marketing Forum (IMAF) dan kelompok-kelompok lain merupakan kelompok yang didalamnya terdapat anggota-anggota yang mempunyai nilai-nilai yang disepakati bersama-sama.
Dalam kelompok itulah manusia bisa mengekspresikan nilai, mengikuti aturan-aturan yang berlaku, memahami karakter anggota kelompok dan lain-lain. Anggota kelompok cenderung meniru dan berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan norma-norma kelompok. Seseorang yang menjadi mahasiswa perguruan tinggi tertentu, akan berusaha mengidetifikasikan dirinya sebagai bagian dari kelompok mahasiswa secara keseluruhan. Kalau ciri mahasiswa adalah kritis maka dia akan berusaha bersikap kritis terhadap berbagai persoalan.
Dengan demikian, setiap anggota berusaha merujuk pada nilai-nilai dan karakter kelompok dalam tindakan sehari-harinya (reference group). Karena kecenderungan seperti itulah, maka pemasar dapat memanfaatkan kecenderungan meniru nilai dan karakter kelompok dalma usaha memasarkan produknya.

Kelompok Rujukan (Reference Group)
Kelompok rujukan (reference group) adalah kelompok yang berfungsi sebagai poin rujukan bagi individu dalam membentuk kepercayaan, sikap dan perilaku (Assael: 1992). Kelompok rujukan sangat penting bagi pemasar sebagi sumber informasi dan pengaruh. Pemasar sangat sering menggunakan kelompok untuk iklan produk mereka, misalnya Indomie memakai keluarga sebagi model iklannya.
            Penerapan kelompok rujukan dalam iklan biasanya dipakai untuk mempengaruhi komsumen dengan mengetengahkan figure ataupun norma kelompok. Misalnya jika seorang konsumen ingin cantic seperti kalangan artis (dimodelkan oleh Vira Yuniar misalnya), maka pakailah sabun mandi Lux. Juga untuk iklan yang menampilkan norma kelompok sebagai cara mempengaruhi konsumen misalnya, jika ingin dikatakan atau termasuk orang yang sukses, maka minumlah susu Bendera.

Tipe-Tipe Kelompok Rujukan
            Terdapat dua jenis kelompok rujukan yang sering dilakukan oleh seseorang. Ketika seseorang menjadi anggota keluarga, menjadi perkumpulan mahasiswa misalnya, dan dia berusaha meniru nilai-nilai kelompok itu dalam sikap dan perilakunya sehari-jari. Dengan seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok dan mengidentifikasi sikap dan perilakunya kepada kelompok itu, maka dikatakan sebagai membership group. Sementara jika seseorang tidak menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu, tetapi dalam nilai-nilai, sikap dan perilakunya sehari-hari mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tertentu, maka orang itu telah menjadi kelompok tertentusebagai kelompok aspirasi (aspiration group).
            Selain dijadikan sebagai rujukan, kelompok juga mungkin dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Misalnya, seorang anggota kelompok tertentu tidak menyukai nilai-nilai dan karakter kelompoknya, maka dia akan menjadi anggota yang membangkang dan berusaha melepaskan diri dari nilai-nilai kelompok. Anggota demikian disebut sebagai disclaimant group. Pada kasus lain mungkin saja sesorang yang bukan anggota kelompok tertentu tidak menyukai nilai-nilai yang ada pada kelompok itu sehingga dia menjadi orang yang menentang nilai-nilai kelompok itu. Orang seperti ini dikategorikan sebagai dissociative group.
            Dari keempat kelompok tersebut, dua kelompok yang mempunyai sikap positif merupkana kelompok yang penting bagi pemasar. Dan kedua kelompok tersebut adalah sebagai berikut.
·         Membership Group
Assael membagi kelompok membershipmenjadi kelompok formal dan informal; kelompok utama dan kelompok kedua. Kelompok utama direpresentasikan oleh keluarga dan peer group. Kelompok utama informal merupakan kelompok penting karena sangat dekat dan sering berhubungan satu sama lainnya.
 

Kelompok kedua yaitu kelompok utama yang formal (primary formal group). Kelompok ini mempunyai struktur yang lebih formal daripada teman dan keluarga. Hubungan antaranggota diatur secara formal dan tertulis. Kelompok bisnis (seperti asosiasi dan perhimpunan), kelompok kelas disekolah dan lain-lain.
Kelompok ketiga adalah kelompok informal sekunder (secondary informal group). Kelompok ini tidak mempunyai struktur formal untuk mengadakan pertemuan rutin. Contohnya menjadi anggota klub kebugaran atau senam aerobik.
Kelompok keempat adalah kelompok formal sekunder (secondary formal group). Kelompok ini merupakan kelompok yang paling kurang penting bagi para pemasar. Misalnya pertemuan alumni sebuah perguruan tinggi yang diadakan sekali dalam 5 tahun.
·         Kelompok Aspirasi
Kelompok aspirasi merupakan kelompok yang dijadikan rujukan, tetapi tidak terlibat langsung menjadi anggota kelompok itu. Seseroang hanya memkai nilai-nilai dan norma-norma dalam kelompok itu tanpa manjadi anggota. Ada dua tipe kelompok aspirasi, yang pertama yaitu kelompok aspirasi anticipatori (anticipatory aspiration group). Kelompok rujukan ini dijadikan dasar antisipasi untuk perilakunya di masa depan. Misalnya di masa depan seseorang menginginkan kesuksesan dalam bisnis dan dia pada saat ini sedang merintis bisnis. Berdasarkan keinginan masa depannya yang sukses, dia akan berperilaku seperti seorang yang sukses. Dia akan mengkonsumsi produk-produk yang menampilkan citra kesuksesan. Contohnya orang yang memakai pakaian ZARA.
Kedua, yaitu kelompok aspirasi yang hanya simbolis saja sifatnya (symbolic aspiration group). Seseorang tidak mungkin atau susah menjadi bagian dari kelompok aspirasi yang diinginkannya. Misalnya kelompok artis, yang tidak bisa sembarang orang masuk menjadi salah satu bagiannya. Seseorang hanya bsia meniru perilaku dan sikap kelompok artis secara simbolis saja, supaya kelihatan seperti artis.

Pengaruh Kelompok Rujukan pada Konsumen
Berikut adalah cara-cara bagaimana kelompok rujukan mempengaruhi konsumen.
  1. Norma Kelompok, Ekspresi Nilai dan Informational
Dalam suatu kelompok terdapat norma-norma yang disepakati bersama. Suatu kelompok akan berusaha mempengaruhi anggotanya (membership) atau yang bukan anggota (nonmembership) untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yanga da. Norma merupakan aturan tingkah laku yang disetujui oleh anggota-anggotanya, untuk memberntuk perilaku yang konsisten dalam kelompok. Norma merupakan kumpulan nilai-nilai mengenai bagaimana sesuatu hal seharusnya dikerjakan oleh anggota kelompok. Misalnya bagaimana seorang karyawan harus menaati peraturan yang tidak tertulis mengenai keharusan berpakaian yang rapi.
            Kelompok rujukan juga bisa memperngaruhi konsumen dengan cara bagaimana seharusnya konsumen memegang nilai-nilai yang ada dalam kelompok. Ketika seseorang merasa dirinya sebagai bagian suatu kelompok dan mempunyai sikap positif terhadap nilai-nilai yang ada di dalam kelompok, maka dalam kehidupan sehari-hari dia berusaha mengekspresikan nilai-nilai itu. Maka pada saat itu dia sudah dipengaruhi oleh kelompok rujukan.
            Kelompok rujukan juga dapat mempengaruhi konsumen dengan perngaruh informasional. Artinya, dalam kelompok terjadi interaksi yang intens diantara anggota-anggota kelompoknya, sehingga satu dengan yang lainnya saling memberikan informasi. Pemasar dapat menggunakan pengaruh informasional ini dengan cara memperngaruhi anggota kelompok itu, dan selanjutnya dia akan menyebarkan informasi itu dari mulut ke mulut.

    2.  Peran
 
Peran merupakan fungsi tertentu yang dimainkan oleh seseorangdalm suatu kelompok tertentu. Pandangan konvensial memandang bahwa peran Ibu sebagai anggota keluarga adalah mengurus anak dan rumah tangga, sementara itu Bapak berperan sebagi pencari nafkah. Peran yang dimainkan oleh seseorang dalam suatu kelompok sangat penting diketahui oleh para pemasar. Dengan mengetahui peran seseorang akan mempengaruhi jenis produk yang akan dibeli. Produk yang akan dibeli akan bergantung pada individu yang berperan sebagi pengambil keputusan.
Peran seseorang dalam kelompok juga dapat mempengaruhi anggota kelompok lainnya. Peran bapak adalah sebagai kepala rumah tangga, oleh karena itu perannya cukup menentukan dalam pengambilan keputusan keluarga.
Dimensi peran dalam aplikasipemasaran juga sangat luas tidak hanya pada bagaimana mempengaruhi pengambilan keputusan dalam suatu kelompok saja, tapi ada dimensi lain yaitu bagaimana menyepadankan produk yang ditawarkan dengan posisi seseorang dalam suatu organisai (role-related product). Pemasar dapat menawarkan produk yang berhubungan dengan peran. Misalnya jika seseorang berperan sebagai manajer atau direktur, maka didalam ruang kerjanya harus ada meja yang besar dan bagus, seorang sekertaris, personal computer dan desain interior yang artistik. Dengan mengacu pada peran tersebut pemasar dapat memasarkan produk meja, kursi, computer dan produk-produk interior.

   3. Menyesuaikan Diri Terhadap Tekanan
Persesuaian (conformity) didefinisikan sebagai perubahan dalam perilaku atau kepercayaan terhadap kelompok sebagai hasil dari tekanan nyata ata imajinasi saja. Dua tipe conformity yang dapat diidentifikasi yaitu kerelaan (compliance) dan penerimaan pribadi (private acceptance). Persesuaian atas dasar kerelaan berarti bahwa seseorang menerima dan melakukan perubahan perilaku semata-mata atas maksud baik pribadi terhadap kelompok dan tidak mendapat tekanan dari kelompok. Persesuaian atas dasar penerimaan diri dimaksudkan sebagai perubahan perilaku atau kepercayaan akibat adanya arahan dari kelompok.
Beberapa faktor yang mempengaruhi persesuaian terhadap tekanan kelompok adalah yang pertama, kepaduan (cohesiveness) yaitu bagaimana kedekatan dan keeratan dalam sebuah kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai derajat loyalitas dan identifikasi yang tinggi dapat memberikan pengaruh kepada anggota yang lainnya. Selain itu setiap anggota kelompok yang mempunyai keahlian dan relevan dalam setiap pengambilan keputusan kelompok akan mempunyai pengaruh kepada anggota yang lainnya. Faktor kedua, seorang anggota kelompok yang menyesuaikan diri dengan kelompok, mungkin disebabkan karena informasi yang dimiliki oleh dirinya tidak jelas dan cenderung rancu. Dengan kerancuan dan sedikit informasi yang dimiliki oleh seorang anggota kelompok, maka dia cenderung menggunakan nilai-nilai dan kepercayaan organisasi untuk dijadikan dasar bersikap dan berperilaku.

    4. Proses Perbandingan Sosial


Setiap anggota membandingkan dengan kelompok atau anggota yang lainnya apakah pendapat, kemampuan dan apa-apa yang telah dimiliki telah sesuai dengan yang lainnya atau tidak. Proses perbandingan seperti itu disebut sebagai perbandingan sosial (social comparison).
Perbandingan yang dilakukan oleh konsumen tidak terbatas hanya pada anggota dan satu kelompok tertentu saja, tetapi terhadap seluruh kelompok dimana dia menjadi anggota itu. Dalam perbandingan sosial adalah bagaimana konsumen memilih kelompok yang tepat untuk menjadi pembanding atau bisa juga sebagai cermin dalam sikap dan perilakunya. Hasil penelitian Festinger (1976) dalam Mowen (1995) menunjukkan bahwa sesorang membandingkan dirinya dengan orang lain yang mempunyai level yang sama pada atribut tertentu (misalnya tingkat pendapatan, tingakt pendidikan atau jenis pekerjaan) daripada dengan orang yang mempunyai perbedaan yang besar dalam atribut itu.
Perbandingan sosial tidak hanya terbatas pada proses membandingkan diri dengan anggota kelompok atau bahkan dengan kelompok tertentu, tetapi juga dapat terjadi dengan membandingkan dirinya dengan citra yang diinginkan. Citra yang diinginkan ini bisa diperoleh melalui informasi dari iklan. Misalnya sebuah iklan menampilkan gaya hidup seorang yang sukses adalah memakai jas, telepon genggam atau atribut-atribut yang lainnya. Dengan informasi dari iklan tersebut dan konsumen percaya akan hal itu, maka dia akan berusaha membandingkan dirinya sebagai orang yang sukses atau tidak kepada citra yang diperoleh dari iklan di atas.

Komunikasi dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth Communication)
Kebanyakan proses komunikasi antar manusia adalah melalui dari mulut ke mulut. Setiap orang setiap hari berbicara dengan yang lainnya, saling tukar pikiran, saling tukar informasi, saling berkomentar dan proses komunikasi lainnya. Mungkin sebenarnya pengetahuan konsumen atas berbagai macam merk produk lebih banyak disebabkan adanya komunikasi dari mulut ke mulut.
            Hal ini terjadi karena informasi dari teman akan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan informasi yang didapatkan dari iklan. Informasi yang diperoleh dari orangtua lebih bernilai dan dapat dipercaya dibandingkan informasi dari brosur. Dalam hal ini pengaruh individu lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh informasi dari iklan. Pada umumnya, kita lebih menghormati teman dan oleh karena itu teman lebih dapat dipercaya. Lebih jauh dari itu, informasi dari teman, tetangga, atau keluarga akan mengurangi resiko pembelian, sebab akan dibelinya dari teman, tetangga atau keluarga. Selain itu informasi yang diperoleh berdasarkan word of mouth communication (WOM communication) juga dapat mengurangi pencarian informasi.
            Studi yang dilakukan oleh Katz dan Lazarsfeld menemukan bahwa komunikasi melalui WOM adalah paling penting dalam mempengaruhi pembelian barang-barang konsumsi dan barang-barang peralatan rumah tangga. Dalam penelitian itu WOM dua kali lebih efektif dalam mempengaruhi pembelian dibanding dengan iklan di radio, empat kali dibandingkan dengan penjualan pribadi dan tujuh kali dibandingkan dengan iklan di majalah dan koran (Assael:1992). 

Inisiatif Komunikasi WOM dari Konsumen
Beberapa faktor dapat dijadikan dasar motivasi bagi konsumen untuk membicarakan mengenai produk. Pertama, seseorang mungkin begitu terlibat dengan suatu produk tertentu atau aktifitas tertentu dan bermaksud membicarakan mengenai hal itu dengan orang lain, sehingga terjadi proses komunikasi WOM. Misalnya para penjelajah internet akan senang membicarakan pengalamannya menjelajah belahan dunia luar kepada orang yang juga bermaksud menjelajah dunia lewat internet.
            Kedua, seseorang mungkin banyak mengetahui mengenai produk dan menggunakan percakapan sebagai cara untuk menginformasikan kepada yang lain. Dalam hal ini WOM dapat menjadi alat untuk menanamkan kesan kepada orang lain bahwa kita mempunyai pengetahuan atau keahlian tertentu.
            Ketiga, seseorang mungkin mengawali suatu diskusi dengan membicarakan sesuatu yang keluar dari perhatian utama diskusi. Dalam hal ini mungkin saja karena ada dorongan dan keinginan bahwa orang lain tidak boleh salah dalam memilih barang dan jangan menghabiskan waktu untuk mencari informasi mengenai suatu merk produk.
            Keempat, WOM merupakan satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, karena dengan bertanya kepada teman, tetangga atau keluarga, informasinya lebih dapat dipercaya, sehingga juga akan mengurangi waktu penelusuran dan evaluasi merk.

WOM Negatif   
Word of mouth (WOM) adalah dua sisi mata pedang yang dapat memotong pemasar dengan dua sisi itu. Diskusi informal di antara konsumen mengenai suatu produk dapat mengakibatkan produk tersebut hilang dari toko-toko atau penjual eceran lainnya karena tidak lagi disukai konsumen. Diskusi yang negatif mengenai suatu merk produk dapat mempunyai bobot yang lebih besar bagi konsumen daripada hal-hal yang positif. Pembicaraan dari mulut ke mulut akan sangat cepat tersebar dan bahkan berita ini sudah tidak seperti asalnya lagi. Hal yang baik akan menjadi lebih baik dan hal yang buruk akan sangat cepat menjadi lebih buruk.
            Komunikasi dari mulut ke mulut ini sangat berkaitan dengan pengalaman penggunaan suatu merk produk. Dalam pengalaman penggunaan merk produk itu akan timbul rasa puas jika merk produk yang digunakan mampu memenuhi harapan konsumen, dan sebaliknya akan merasa tidak puas jika penggunaan merk produk tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Dalam kaitan kepuasan dan ketidakpuasan ini, banyak peneliti yang menyatakan bahwa jika seorang konsumen merasa puas, maka dia hanya akan bicara kepada satu orang saja, dan sebaliknya jika tidak puas, dia akan berbicara ketidakpuasannya itu kepada sepuluh orang.

Rumor: Distorsi dalam proses WOM  
Proses komunikasi dari mulut ke mulut tidak selamanya membicarakan fakta yang sebenarnya. Sangat mungkin dalam proses WOM yang terjadi adalah merupakan berita-berita bohong yang tanpa dasar. Jika hal ini terjadi, maka akan sangat berbahaya bagi kelangsungan perusahaan. Rumor biasanya berkembang dari fakta yang terjadi, namun dalam perjalanan proses komunikasi dari mulut ke mulut berita dari fakta itu mengalami distorsi sehingga berkembang ke arah yang salah dan bahkan jauh dari berita aslinya.
            Rumor merupakan pikiran yang menyatakan rasa ketakutan sosial. Misalnya beberapa tahun lalu tersiar kabar bahwa produk-produk Nestle di Indonesia mengandung lemak babi, sehingga para ulama menghimbau agar jangan mengkonsumsi produk-produk yang dikeluarkan oleh Nestle. Kadang-kadang, rumor yang berkembang mati dengan sendirinya, tanpa harus melalui penjelasan kepada masyarakat. Namun demikian, rumor yang berkaitan dengan produk perusahaan, biasanya perusahaan berusaha menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya.

Kepemimpinan Opini (Opinion Leadership)
Kebanyakan dari konsumen menerima informasi dari orang lain. Orang lain yang jadi sumber informasi bisa berupa teman, saudara, ibu, bapak, tetangga, atau teman satu kelompok. Biasanya informasi yang kita terima berasal dari orang yang kita yakini bahwa dia mempunyai informasi yang benar, karena selama ini dia bergerak di bidang tertentu yang berkaitan dengan informasi yang kita butuhkan. Dengan perkataan lain, orang yang kita minta informasinya sudah mempunyai pengalaman yang luas dan ahli.
            Misalnya ketika kita ingin membeli komuter, kita akan bertanya dan mencari informasi kepada teman yang selama ini menggeluti komputer baik hardware maupun software-nya. Kita akan bertanya kepada teman yang selama ini sering membeli komputer, sering merakit dan memperbaiki kerusakan komputer dan juga kepada teman yang mempunyai komputer terbaru. Orang-orang yang kita tanyai dan mintai informasinya, disebut sebagai pemimpin opini (opinion leaders). Pemimpin opini merupakan orang yang sangat sering mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
            Kepemimpinan opini sangat penting dalam mempopulerkan kategori produk tertentu. Misalnya satu hal yang sangat jelas adalah berkembangnya mode di kalangan remaja. Kelompok pertama yang sering menjadi patokan dalam berpakaian adalah remaja kota. Dengan komunikasi dari mulut ke mulut atau bahkan dengan penampilan tertentu, mode kemudian berkembang ke daerah-daerah pinggiran.

Sifat-Sifat Kepemimpinan Opini
Terdapat beberapa sifat dan ciri-ciri kepemimpinan opini yang sangat penting dan bernilai sebagai berikut:
1.      Secara teknis pemimpin opini berkompeten dan dapat dipercaya karena mereka membawa dan memiliki kekuatan keahlian (expert power)
2.      Pemimpin opini melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi tanpa bias, sehingga mereka mempunyai kekuatan pengetahuan (knowledge power). Hal ini tidak seperti dorongan iklan komersial yang memuat kepentingan perusahaan agar produknya dibeli. Dengan demikian pemimpin opini lebih dapat dipercaya.
3.      Pemimpin opini secara sosial cenderung aktif sehingga proses komunikasi dengan orang lain akan lebih banyak. Mereka sering berperan sebagai tokoh masyarakat dan menjadi panutan anggota masyarakat.
4.      Pemimpin opini cenderung mempunyai kesamaan dengan konsumen dalam kepercayaan dan nilai, sehingga mereka membawa kekuatan rujukan (referent power). Pemimpin opini cenderung mempunyai status dan pendidikan yang lebih tinggi daripada dengan orang yang dipengaruhinya, tapi tidak begitu berbeda dengan kelas sosial.
5.      Pemimpin opini sering menjadi orang yang pertama membeli suatu produk, sehingga dia termasuk orang yang berani menanggung risiko. Pengalaman penggunaan produk akan mengurangi risiko bagi orang lain yang belum membeli produk itu (Solomon:1995)
           
            Sementara itu Assael (1992) mengidentifikasi karakteristik kepemimpinan opini berdasarkan hubungannya dengan produk, penggunaan media, karakteristik demografis, karakteristik kepribadian dan karakteristik gaya hidup.

Karakteristik yang berhubungan dengan produk
Pemimpin opini dalam kaitannya dengan produk-produk tertentu biasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut:
·         Lebih mempunyai pengetahuan mengenai kategori produk,
·         Lebih terlibat dalam kategori produk,
·         Lebih aktif dalam penerimaan komunikasi mengenai produk dari sumber pribadi, dan
·         Lebih mungkin membaca majalah dan media cetak lainnya yang relevan dengan produk, yang terhadap produk itu dia mempunyai ketertarikan.

Penggunaan Media
Tela’ah mengenai pemimpin opini terhadap berbagai kategori produk menemukan bahwa mereka (pemimpin opini) dapat lebih banyak paparan dari media massa. Mereka lebih banyak membaca majalah, surat kabar, buku, menonton berita di televisi, dan mendengarkan berita di radio. Hasil tela’ah lain mengenai pemimpin opini dalam toko eceran menunjukkan hasil yang sama. Pemimpin opini lebih mendapat paparan informasi dari majalah, koran, televisi, dan  radio. Jadi pemimpin opini mempunyai kelebihan dalam mengakses informasi daripada pembeli yang mengikutinya.

Karakteristik Demografis
Beberapa hasil penelitian diantaranya yang dilakukan oleh Katz & Lazarsfeld (Assael:1992) menunjukkan bahwa ibu dengan jumlah anak yang lebih banyak lebih mungkin untuk menjadi pemimpin opini untuk produk-produk rumah tangga, hal ini disebabkan karena mereka memungkinkan untuk membeli rentang macam produk yang luas dan lebar, dan oleh karena itu mereka mempunyai banyak pengalaman pembelian. Mereka juga menemukan bahwa wanita muda dengan kelas sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan untuk menjadi pemimin opini. Mereka berspekulasi bahwa konsumen dengan pendapatan mempunyai lebih banyak waktu untuk memperoleh informasi produk dan mempunyai status yang lebih dalam berasosiasi dengan konsumen lainnya. Banyak tela’ah pemasaran juga menemukan bahwa ada sedikit perbedaan demografis antara pemimpin opini dengan pengikutnya.

Karakteristik Kepribadian
Dua generalisasi yang dapat dibuat mengenai karakteristik kepribadian pemimpin opini yang meliputi berbagai kategori produk adalah pertama, pemimpin opini sangat mungkin percaya diri dalam menilai kategori produk, dan kedua, mereka sangat mungkin aktif secara sosial. Kepercayaan diri yang muncul mungkin merupakan fungsi dari pengetahuan yang lebih banyak mengenai kategori produk yang menarik hatinya. Aktifitas sosial mungkin merupakan fungsi dari kesediaan untuk berkomunikasi dengan yang lainnya dalam lingkup kelompok. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa variabel kepribadian tidak membedakan antara pemimpin opini dan pengikutnya.

Karakteristik Gaya Hidup
Penelitian yang dilakukan oleh Tiger dan Arnold menemukan bahwa pemimpin opini lebih terlibat dengan klub dan komunitas tertentu, lebih independen, lebih sadar harga, dan sadar gaya.

Proses Komunikasi WOM dan Kepemimpinan Opini
Proses komunikasi dari orang yang satu kepada orang yang lain melalui proses tertentu. Dalam pandangan tradisional, proses komunikasi WOM dimulai dari informasi yang disampaikan melalui media masa, kemudian informasi itu ditangkap oleh pemimpin opini yang mempunyai pengikut  dan berpengaruh. Informasi yang ditangkap oleh pemimpin opini disampaikan kepada pengikutnya melalui komunikasi dari mulut ke mulut. Dalam proses komunikasi itu pengikut tidak mampu mempengaruhi pemimpin opini sehingga dia hanya menerima informasi saja dan menerima apa yang dilakukan oleh pemimpin opini.

Proses tersebut digambarkan dalam gambar berikut:
Model Tradisional



Dalam gambar diatas menunjukkan proses komunikasi hanya berjalan satu arah.

Mengidentifikasi Pemimpin Opini
Pemimpin opini merupakan elemen yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen. Para pemasar berusaha mengidentifikasi pemimpin opini dan mereka mereka berusaha mempengaruhi para pemimpin opini ini dengan tujuan mereka menjadi difusor (penyebar) informasi kepada para pengikutnya. Tindakan para pemasar untuk mempengaruhi para pemimpin opini ini adalah dengan menampilkan iklan yang secara spesifik hanya bisa dipahami oleh para pemimipin opini. Misalnya iklan monitor komputer yang menampilkan informasi mengenai tingkat radiasi yang rendah, resolusi yang padat dan mempunyai sistem digital. Informasi-informasi tersebut bagi konsumen kebanyakan tidak bisa dipahami, dan hanya orang-orang yang mengerti mengenai hal itu saja yang bisa memahami. Seperti sudah dijelaskan diatas, bahwa seseorang bisa menjadi pemimpin opini salah satunya karena mempunyai keahlian dan pengetahuan mengenai produk tertentu.

Model Komunikasi WOM yang lebih lengkap



 

            Model komunikasi diatas menunjukkan bahwa proses komunikasi antara pemimpin opini dengan pengikutnya tidak hanya komunikasi satu arah, tetapi ada komunikasi dua arah di antara mereka. Bahkan secara lebih luas model itu juga memasukkan penjaga informasi (gatekeeper) sebagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.
Terdapat tiga cara untuk mengidentifikasi pemimpin opini:
  1. Dengan teknik sosiometri.
    Dalam teknik sosiometri, anggota kelompok ditanya dengan siapa mereka mengkomunikasikan mengenai produk atau gagasan. Individu khusus diidentifikasi dan dapat dilakukan wawancara untuk menelusuri jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi di antara anggota kelompok bisa dibuat dengan sosiogram. Orang yang menjadi sumber informasi paling banyak adalah disebut pemimpin opini. Sedangkan yang ada di lingkaran luarnya adalah pemimpin opini kedua.
  2. Dengan membuat informan kunci.
    Dengan cara ini, pemasar menempatkan orang sebagai informan untuk mengetahui derajat kepemimpinan seorang anggota kelompok di dalam kelompoknya. Informasi mengidentifikasi siapa saja yang sering dijadikan contoh, sering didengarkan dan di terima pendapatnya dan lain-lain yang sifatnya bisa mempengaruhi anggota yang lainnya. 
  3. Dengan teknik mendesain sendiri.
    Teknik ini menggunakan serangkaian pertanyaan yang ditujukan kepada konsumen untuk menentukan derajat yang dirasakan oleh dirinya sendiri sebagai pemimpin opini.
Difusi Inovasi  
            Berbagai inovasi telah dikembangkan oleh perusahaan yang bertujuan untuk meraih pangsa pasar. Inovasi yang dilakukan meliputi berbagai hal pada berbagai produk. Mulai dari penambahan aksesoris produk, sampai pada perubahan radikal pada suatu produk, semuanya dapat dikategorikan sebagai inovasi. Inovasi biasanya menampilkan perubahan produk, sehingga dalam proses penyebarannya di pasar memerlukan proses adopsi. Tidak semua konsumen mampu menerima inovasi secara cepat yang disebabkan oleh kendala pengetahuan, keuangan atau tingkat risiko yang dirasakan.

Jenis-Jenis Inovasi
            Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan biasanya menyangkut dua hal yaitu inovasi teknologi dan inovasi simbolis.
  
Inovasi Teknologi
            Robertson dalam Assael (1992) membagi inovasi teknologi ke dalam tiga tipe, yang didasarkan atas perubahan dan kecanggihan secara teknologi:
1.      Continuous innovation. Inovasi ini merupakan modifikasi dari produk yang telah ada. Kebanyakan produk yang dihasilkan melalui continuous innovation merupakan hasil evolusi dan bukan hasil revolusi produk. Perubahan yang dilakukan tidak bersifat radikal. Perubahan yang terjadi pada produk tidak menyebabkan perubahan perilaku konsumen yang radikal bahkan cenderung tidak berubah.
2.      Dynamically continuous innovation. Inovasi jenis ini merupakan perubahan yang dinamis atas suatu produk. Perubahan telepon putar menjadi telepon pijit nomor dan memberikan suara adalah contoh inovasi dinamis yang berkelanjutan pada pesawat telepon. Perubahan yang dinamis ini akan mengubah perilaku konsumen, karena inovasi ini mengubah cara orang melakukan sesuatu.
3.      Discontinuous Innovation. Inovasi jenis ini menciptakan perubahan utama dalam cara bagaimana manusia hidup. Penemuan-penemuan yang spektakuler seperti penciptaan pesawat terbang, mobil, televisi, komputer dan inovasi-inovasi lain yang sifatnya mengubah pola dan gaya hidup manusia dapat dikategorikan discontinuous innovation. Komputer memungkinkan perubahan gaya hidup bekerja manusia. Dengan adanya komputer sangat dimungkinkan orang-orang berkomunikasi jarak jauh secara jelas, sehingga pekerjaan bisa dikendalikan dari jarak jauh.

Inovasi Simbolis    
            Inovasi tidak hanya bersifat teknologi saja. Perubahan-perubahan yang dilakukan untuk membawa nilai-nilai sosial baru juga dapat dikategorikan sebagai inovasi. Hirsman (1982) mendefinisikan inovasi simbolis sebagai sesuatu yang membawa pengertian sosial baru. Peluncuran produk kosmetik untuk pria merupakan inovasi simbolis, yang membawa nilai sosial baru bahwa pria juga perlu memelihara diri untuk tetap tampan dan bersih. Desain mode pakaian oleh perancang merupakan inovasi simbolis juga. Contoh lain misalnya pakaian yang terbuat dari bahan jeans. Celana jeans merupakan pakaian yang menampilkan gaya hidup yang santai dan “cuek”.
            Inovasi juga bisa merupakan kombinasi dari inovasi teknologi dan inovasi simbolis. Misal munculnya produk home theatre yang secara teknologi merupakan discontinuous innovation. Pada saat yang sama munculnya home theatre juga merupakan inovasi simbolis karena membawa perubahan nilai sosial yaitu lebih mendorong hiburan di dalam rumah.

Proses Difusi
            Difusi merupakan proses penyebaran inovasi yang dilakukan perusahaan kepada konsumen. Dalam proses difusi, konsumen melakukan adopsi inovasi, ada juga konsumen yang sangat lambat mengadopsi inovasi. Terdapat beberapa kategori konsumen dalam mengadopsi inovasi sebagai berikut:
1.      Inovators. Konsumen yang menjadi inovator yaitu konsumen yang paling responsif terhadap inovasi yang diciptakan oleh perusahaan. Kelompok konsumen inovator ini biasanya kelompok pertama yang membeli produk-produk hasil inovasi. Kelompok ini biasanya secara demografis merupakan konsumen dengan pendapatan tinggi, tingkat pendidikan tinggi, dan lebih kosmopolitan. Selain itu kelompok ini juga kurang mempercayai norma-norma baku kelompok, lebih percaya diri, dan lebih mungkin memperoleh informasi dari sumber ahli dan ilmiah. Kelompok ini biasanya diwakili oleh 2,5% dai populasi.
2.      Early adopter. Kelompok adopter kedua yaitu yang disebut sebagai early adopter (pengadopsi awal). Kelompok ini berjumlah kira-kira 13,5% dari populasi. Kelompok ini bukan yang pertama membeli, tetapi termasuk ke dalam kelompok yang paling awal melakukan pembelian dalam siklus hidup produk. Berbeda dengan kelompok inovator, kelompok ini lebih percaya pada norma-norma kelompok dan lebih berorientasi pada nilai-nilai komunitas lokal, memungkinkan kelompok ini menjadi pemimpin opini. Mereka dapat mempengaruhi anggota kelompok lainnya karena mempunya norma-norma yang sama tapi juga mempunyai informasi yang orang lain tidak miliki.
3.      Early majority. Kelompok ini merupakan kelompok tertinggi yang mengadopsi inovasi. Jumlahnya sekitar 34% (sama dengan late majority) dari populasi. Kelompok ini merupakan pengikut para pemimpin opini yang telah lebih dulu mengadopsi inovasi. Kelompok ini sebenarnya termasuk kelompok yang mempunyai daya beli yang cukup, namun karena ketidaktahuan atas spesifikasi dan manfaat produk, mereka menunggu kelompok pemimpin opini terlebih dahulu. Jika pemimpin opini membeli produk hasil inovasi dan tidak menimbulkan hal-hal negatif (rusak, atau tidak berfungsi dengan normal), maka kelompok ini sebagai pengikut akan mengikuti langkah pemimpin opininya. Bagi para pemasar kelompok ini adalah kelompok sasaran atas penjualan produknya. Namun demikian, karena mereka lebih percaya kepada pemimpin opini, maka perusahaan seharusnya berusaha mempengaruhi pemimpin opini untuk melakukan pembelian.
4.      Late majority. Kelompok lain yang juga merupakan pasar potensial bagi perusahaan adalah late majority. Mereka adalah kelompok yang lambat merespon inovasi karena alasan-alasan tertentu misalnya mereka sulit menyesuaikan produk inovasi itu dengan norma-norma sosial, atau daya beli mereka dibawah rata-rata, sehingga mereka menunggu turun harga. Mereka berharap semakin lama semakin turun harganya. Jumlah kelompok ini berkisar 34%.
5.      Laggards. Kelompok terakhir adalah kelompok konsumen yang sangat terlambat dalam mengadopsi inovasi. Jika kelompok inovator dan early adopter sudah pindah dan mengadopsi inovasi lain, kelompok konsumen ini baru mengadopsi produk yang sudah lama ditinggalkan oleh kelompok lain. Kelompok ini biasanya merupakan kelompok yang teralienasi dari lingkungan sosial pada umumnya. Mereka merupakan kelompok konsumen yang paling rendah tingkat pendapatannya. Jumlah kelompok ini sekitar 16% dari populasi.
Gambar berikut ini menampilkan distribusi kelompok konsumen yang melakukan adopsi inovasi.
Distribusi Kategori Adopter



 

Aplikasi Strategis dari Komunikasi WOM
Berbagai cara bisa dilakukan oleh pemasar dalam upaya mempengaruhi pemimpin opini. Hal ini dilakukan karena pemimpin opini mempunyai pengaruh kepada pengikutnya. Pemasar sering menggunakan teori komunikasi dari mulut ke mulut ini dalam kampanye iklannya. Mereka sering langsung mempengaruhi kelompok pemimpin opini atau juga secara tidak langsung dengan menampilkan konsumen tertentu (misalnya dokter atau profesional lainnya) untuk mengatakan hal positif dari produk yang ditawarkan. Cara-cara seperti dibawah ini sering dilakukan oleh pemasar yaitu:
  • Mempengaruhi pemimpin opini secara langsung.
  • Merangsang komunitas WOM dalam iklan.
  • Merangsang komunitas WOM melalui iklan.
  • Menggunakan pemimpin opini untuk menyampaikan pesan.
Mempengaruhi Pemimpin Opini Secara Langsung
Perusahaan yang hendak mempengaruhi pemimipin opini secara langsung, terlebih dahulu harus mengidentifikasi siapa saja yang bisa dijadikan pemimpin opini. Perusahaan besar biasanya mempunyai catatan konsumen mengenai siapa yang membeli, kapan melakukan pembelian, alamatnya dimana, dan identitas lainnya. Cara lain misalnya bisa dilakukan dengan mengadakan kontes konsumen. perusahaan otomotif biasanya melakukan test drive untuk memperkenalkan produk barunya.
            Setelah perusahaan bisa mengidentifikasi pemimpin opini, surat yang berisi brosur dan penawaran produk bisa dikirimkan kepada mereka. Pemimpin opini yang pertama kali melakukan pembelian produk biasanya dikategorikan sebagai inovator. Mereka akan menyebarkan informasi yang diterimanya kepada pengikutnya, sehingga terjadi pengaruh sosial ganda. Informasi akan terus bergulir dari satu konsumen ke konsumen lainnya, tanpa pemasar harus kerja keras memasang iklan. Cara lain untuk mempengaruhi pemimpin opini secara langsung adalah dengan memberikan contoh gratis. Jika barang yang ditawarkan  mahal dan bukan barang konsumsi, pemasar dapat menggelar program ujicoba (seperti test drive, demonstrasi dan lain-lain).

Merangsang Komunikasi WOM
Pemasang iklan bisa menerapkan komunikasi WOM ini dengan mencoba secara langsung menyampaikan kata-kata atau kalimat-kalimat yang mendorong konsumen untuk menyampaikan informasi yang diterimanya kepada teman, tetangga, keluarga dan orang lain. Pemasar dapat menggunakan kata-kata seperti “katakan kepada teman Anda untuk selalu menggunakan VIVO untuk perawatan kulit” atau “tanyakan kepada teman Anda bagaimana memelihara kesehatan gigi”. Kata-kata atau kalimat demikian merupakan dorongan langsung kepada konsumen untuk menyampaikan atau menanyakan informasi mengenai suatu produk.

Simulasi Komunikasi WOM
Cara mempengaruhi konsumen dengan menggunakan pemimpin opini adalah dengan menerapkan metode simulasi WOM. Teknik yang alami bisa dilakukan dengan memasang kamera tersembunyi, kemudian kepada calon bintang iklan ditanyakan mengenai kebaikan produk yang ditawarkan, yang sebelumnya pernah digunakan olehnya. Cara lain misalnya dengan menampilkan potongan kehidupan (slice of life). Potret kehidupan keseharian bisa ditampilkan dalam iklan untuk meyakinkan para konsumen.

Menggunakan Pemimpin Opini Sebagai Komunikator
Strategi yang sering digunakan oleh pemasar adalah menggunakan pemimpin opini sebagai bintang iklan untuk menyampaikan informasi produk kepada konsumen. Biasanya pemasar menggunakan para profesional di bidang masing-masing. Untuk produk-produk yang berhubungan dengan obat dan kesehatan, figur dokter atau apoteker sangat layak untuk dijadikan bintang iklan. Produk-produk yang berhubungan dengan kebutuhan rumah tangga seperti sabun cuci, minyak goreng, kompor gas atau peralatan lainnya, ibu-ibu rumah tangga merupakan figur yang cocok untuk bintang iklan. Sabun cuci Rinso menggunakan ibu-ibu rumah tangga yang mencritakan pengalamannya mencuci menggunakan Rinnso yang membersihkan paling bersih. Sabun cuci Attack menggunakan hal yang sama dengan melakukan test secara langsung.



BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

            Dalam dunia pemasaran komunikasi adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam aktifitas manusia sehari-hari, baik komunikasi verbal ataupun nonverbal, seperti halnya manusia yang membutuhkan oksigen untuk bernafas. Begitu pula dalam sebuah kelompok/organisasi yang beranggotakan banyak orang, yang tentu saja memiliki beragam sifat dan karakter yang berbeda. Komunikasi sangat menentukan berlangsungnya sebuah kelompok/organisasi.
            Dunia pemasaran adalah pekerjaan yang sangat dinamis, dimana seorang tenaga pemasar harus jeli dalam melakukan strategi pemasaran serta berusaha sebaik mungkin menjaga hubungan baik dengan para konsumennya. Terdapat berbagai macam strategi yang bisa kita dapatkan baik dari buku maupun dari para ahli yang sudah mumpuni di bidang pemasaran yang bisa kita pelajari dan diaplikasikan secara langsung dilapangan dengan sedikit improvisasi sesuai kebutuhan konsumen.

Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak hal yang belum terkupas dan tersampaikan, tentunya hal itu semata karena kekurang fahaman penulis dalam menganalisa serta memahami pengetahuan, baik yang berkaitan dengan pengetahuan kelompok maupun dalam hal strategi pemasaran, yang secara fokus dikaitkan dengan ilmu komunikasi. Sebagai saran dari penulis untuk masalah yang berkaitan dengan strategi pemasaran, tentu perlu ada kajian yang lebih mendalam yang terkait dengan pemasaran, mengingat dinamisnya dunia pemasaran serta pesatnya teknologi komunikasi serta media sosial yang tentu saja akan sangat mempengaruhi perkembangan dalam hal memasarkan sebuah produk maupun jasa.


DAFTAR PUSTAKA

·        Sutisna, SE. ME., (2001), Perilaku konsumen dan komunikasi pemasaran pengantar Prof. Dr. Teddy Pawitra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya